PeremPuan

Oleh: Apriliya Dita Churniawati Sumber: Akun X, @4maoshojos Saya peremPuan kehilangan minat sebagai ibu,dan tak ingin mencicipi manis madu.Saya peremPuan tidak percaya cinta,untuk itu tidak ingin bercinta.Salah seorang menyatakan bahwa cinta itu eksplanasi.Persetan dengan cinta dan segala tetek bengeknya,Cinta tidak lebih dari abstrak, semu, menakutkan, dan kosong.Bagimana bentuk, bagaimana dilahirkan.Cinta dan PeremPuan. || Apriliya DitaLanjutkan membaca “PeremPuan”

Sajak-Sajak yang Mati Rasa

Oleh: Tiskaza Sumber: Pinterest Di halaman-halaman kertas putih,Sajak-sajak yang mati rasa terbaring,Kata-kata yang terdiam dalam kehampaan,Mengalir tanpa getar, tanpa nyala.Mereka adalah angin sepi di padang gurun,Hanya melambai-lambai dalam kesunyian,Hati-hati terpaku dalam kekakuan,Sajak-sajak itu hanyalah bayangan.Mereka mencoba menyentuh, tetapi tak ada sentuhan.Hanya dingin yang teraba diujung jari,Dalam hampa, mereka mengembara tanpa arahSeperti burung yang kehilangan sangLanjutkan membaca “Sajak-Sajak yang Mati Rasa”

Saat Hujan

Oleh: Az zahra Rahma Mendung menggayut serasa hadirkan malam terlalu dini Kesiur angin rontokkan dedaunan bagai di musim gugur Lalu sekilas cahaya petir berkilap seakan membelah alam Gemuruh halilintar pekakkan telinga  meminta perhatian Dan.. tetes-tetes air dari langit mulai jatuh Berkelontang suaranya menerpa atap seng bengkel depan rumah Berdetik saat terpercik di permukaan air kolamLanjutkan membaca “Saat Hujan”

SANUBARI

Oleh: Nanda Amala Riski Surya tiba membelai seluruh inderaku Terapikan kapuk itu kulipat bulu tebal di atasnya Hampa adalah kawanku hampa adalah aku saat mengingat engkau Ku labuh sapa serta apa yang orang sebut sebagai doa Penuh harap semesta ‘kan beri kesenangan Penuh harap semesta ‘kan beri keselamatan Penuh harap semesta ‘kan menjagamu seperti aku,Lanjutkan membaca “SANUBARI”

Isak Mendung

Oleh: Tundra Alif Juliant Hari ini mendung Banyak isak Sedikit riang Riuh dalam keabadiaan yang hampa Sebab cahayamu menghilang Selamanya Hari kemarin hujan Namun terang Terasa hangat Begitu hangat Sebab kau mengalihkan kemarau Walau sekejap satu kedipan mata Tenanglah engkau Kami pun sama Pastilah engkau slalu terpatri dalam dada Selamanya Tak hanya sekejap saja Selama-lamanyaLanjutkan membaca “Isak Mendung”

DEKONSTRUKSI

Oleh: Apriliya Dita C Dalam lapisan malam, di antara bayangan bintang-bintang, Sang pelita malam terluka mengintip dari balik awan, Terkisahlah cerita tak berbentuk, cinta dalam abstrak, luka tak terselami, tersembunyi dalam bayangan. Di rana hati yang gelap, narasi terilhami gelombang, Mimpi dan realitas merajut mahakarya yang tak berujung. Di relung jiwa, bunga-bunga diam-diam berbicara, Rahasia-rasihLanjutkan membaca “DEKONSTRUKSI”

Cermin

Oleh: ‘afifuddin lihatlah cermin itu! manusia penuh palsu sebelum kau mengadu sebelum kau keliru lihatlah cermin itu! masih tersimpan sejuta ragu menyelimuti tingkah laku kepala sekeras batu lihatlah cermin itu! sesama insan berseteru kepada alam kau mengacau kepada hewan kau tak merasa malu lihatlah cermin itu! tubuhmu diambil alih nafsu berjalan tanpa tuju hari-hari penuhLanjutkan membaca “Cermin”

Renjana

Oleh: Intan Latifah Nuratmojo Ia adalah temaram senja Yang menjejak lara di peraduannya Mengais serpih sunyi sanubari Bermakam tua dirindunya Deras tetes darah di dadanya Tertancap tombak tajam derita Gemerisik gelang takdir Memanggil nyalang Menuntun sesak tuk berpulang, pada-Nya Di dahinya tergambar luka Yang pancarkan warna pualam Bulir sendunya, meluap di antara telaga Bertempias diLanjutkan membaca “Renjana”

Risau

Oleh: Risvena Oktaviona Menjadi indah di mata insan lain Tak selalu indah pada nyatanya Entah berapa lapis topeng terpakai Tak kan pernah cukup jadi sempurna Menjadi indah di mata insan lain Tak kan pernah mungkin Walau banyak hal kau korbankan Bahkan sebanyak ikan di lautan Tak kan pernah cukup jadi sempurna Menjadi indah di mataLanjutkan membaca “Risau”

Luka Lama

Oleh: Rini Astuti Surutnya sinar surya Menghiasi langit cakrawala Membawa langkahku kepadanya Kembali menyusuri jejak kaki lama Bersama dengan air mata Entah kan berapa tahun lamanya Ku kembali mengobati luka Dengan sisa rasa di dada Ku rela melepaskanmu yang tak lagi ada Namun masih tersisa luka dan air mata II Rini Astuti II PBSI BLanjutkan membaca “Luka Lama”